Selasa, 11 Agustus 2009

JENAZAH ITU BUKAN M TOP



Selasa, 11 Agustus 2009 , 08:38:00

JOHOR (RP) - Keluarga Noordin M Top memastikan bahwa jasad yang diberondong peluru Densus 88 di Temanggung, Jateng, itu bukanlah Noordin. “Foto yang dibawa polisi (Malaysia) wajahnya sudah rusak dan tidak saya kenali. Tapi, dari postur tubuh dan tinggi badannya bisa dipastikan bahwa itu bukan Noordin M Top,” tegas Rusdi Hamid, mertua Noordin M Top, yang ditemui JPNN di rumahnya di Kampung Tiram, Johor, Malaysia, Senin (10/8).

Kepolisian Malaysia, kata Rusdi, mengunjungi rumahnya Ahad malam. Mereka membawa serangkaian foto jenazah penembakan di Temanggung. Foto tersebut tidak ada kesamaan fisik dengan Noordin. Pria berjenggot itu mengatakan bahwa ciri-ciri fisik Noordin di bagian wajah.

Tapi, dia menolak memberikan kejelasan ciri-ciri tersebut. Rusdi membenarkan, foto yang disebar kepolisian Indonesia dan FBI adalah foto suami anak kelimanya tersebut. “Kalau itu saya pastikan Noordin,” tegas dia.

Lebih lanjut Rusdi mengatakan, keluarganya dan Pemerintah Kerajaan Malaysia sudah “berdamai”. Bahkan, tiga anak Noordin kerap mendapat bantuan dari Pemerintah Malaysia. Dalam bentuk uang maupun biaya sekolah.

Karena itu, dia bersedia membantu segala informasi seputar identitas Noordin. “Anak Noordin juga belajar di sekolah umum di dekat sini,” katanya.

Pria yang juga guru mengaji Noordin itu menjelaskan, cap teroris yang diberikan kepada menantunya itu tidak otomatis melekat pada keluarga. Karena kejadian itu berlalu sudah cukup lama, keluarganya kini mulai kembali menemukan rasa percaya diri.

Meski begitu, sampai saat ini Siti Rohmah masih disembunyikan. “Dia masih ada di Johor di rumah kerabat. Itu untuk melindungi privasi saja,” kata Rusdi.

Apa ada kemungkinan perwakilan keluarga datang ke Indonesia? Rusdi menyerahkan hal itu pada kepolisian dan Pemerintah Indonesia. Sebab, sifat kasus itu G to G, bukan hal yang sifatnya personal. Namun, dia kembali memastikan bahwa jenazah yang disebut-sebut sebagai Noordin itu bukanlah menantunya. “Saya siap memberikan ketegasan resmi bila diperlukan,” ujarnya.

Sumber JPNN di kalangan kepolisian Malaysia juga melemahkan bahwa korban adalah Noordin. Alasannya, cukup beragam. Namun, yang paling mencolok adalah lokasi yang dipilih Noordin. Daerah perbukitan dan jauh dari akses untuk melarikan diri, membuatnya tidak logis. “Perlawanan yang diberikan juga sepertinya kurang kuat untuk membenarkan bahwa itu Noordin,” katanya.

Sementara itu, pemerintah Malaysia tidak akan mendahului keterangan yang akan diberikan kepolisian Indonesia. Perdana Menteri Datuk Seri Najib Tun Abdul Razak, menegaskan akan menunggu

hasil tes DNA. “Perlu menunggu tes DNA. Jadi jangan terburu-buru memberikan kesimpulan bahwa lelaki itu adalah Noordin,” kata dia ketika ditemui di Johor, kemarin malam.
Najib mengimbau agar semua pihak di Malaysia menahan diri dan tidak terburu-buru mengambil kesimpulan. “Tunggu saja lah,” katanya.(zul/cfu/jpnn)

Setelah beberapa saat mengalami kesimpangsiuran terkait dengan pelaku dan latar belakang peledakan bom Mega Kuningan, Kapolri Jenderal Bambang Hendarso Danuri akhirnya mengeluarkan pernyataan resmi hasil olah TKP yang dilakukan aparatnya terkait dengan ledakan bomb di Ritz Carlton dan JW. Marriot.

Dari olah TKP hari ini (17/7), Kapolri menyatakan bahwa kedua bom yang meledak di Ritz Carlton dan JW. Marriot adalah bom bunuh diri yang identik dengan bom dari jaringan teroris Nurdin M. Top di Cilacap dan Malang.

Kepolisian dan Densus 88 beberapa hari sebelum ledakan ini terjadi, tepatnya pada 14 Juli 2009 yang lalu juga menemukan jenis bom yang serupa, pada penggerebekan yang dilakukan di rumah mertua Nurdin M. Top di Cilacap. Dalam penggerebekan tersebut polisi dan Densus 88 menemukan sebuah jerigen berisi kabel-kabel, bahan peledak dan skema pembuatan bom itu sendiri.

Lebih lanjut Kapolri juga menjelaskan bahwa ditemukan beberapa bahan serupa di salah satu kamar di JW. Marriott, yaitu di kamar 1808, yang diduga kuat merupakan kamar tersangka pelaku bomb bunuh diri tersebut. Polisi juga menemukan dua buah kepala yang sedang diidentifikasi lebih lanjut untuk mengetahui identitas tersangka pelaku.

Dari informasi olah TKP Kapolri tersebut setidaknya telah memberikan sebuah titik terang di tengah kesimpangsiuran berita dan tuduhan yang sempat timbul akibat pidato Presiden RI sendiri yang mengkaitkan pemboman ini dengan Pilpres. Lebih lanjut, Menkopolhukam Widodo AS juga meminta berbagai pihak dan media untuk tidak melanjutkan mempolitisir pidato presiden tersebut.

Senin, 10 Agustus 2009

perjalanan yang sangat melahkan ...
sudah berapa lama aku berjalan ...
tapi sampai saat ini belum juga menemukan tujuan ku ...

mungking tujuan ku masih jauh ...
bahkan sangat2 jauh sekali ..
sampai kapan kah ..????

mohammad hanif setiawan jhody

Senin, 16 Maret 2009

WELCOME PEMILU 2009

oleh : Mohammad Hanif Setiawan Jhody

9 April merupakan angka keramat bagi partai politik pada saat sekarang ini. pada tanggal ini seluruh parpol berpesta dalam acara pesta dmokrasi Indonesia tahun 2009. siap-siap lah dalam memilih dan menentukan pilihan dalam pilkada 2009 ini.

berbagai macam cara dan upaya dilakukan oleh masing-masing parpol untuk meraup suara dalam mencapai kemenangan pada pemilu 2009 ini. belilah buk, belilah pak....!!!. selengkapnya

Sabtu, 07 Maret 2009

PERSPEKTIF POLITIK EKONOMI KETAHANAN PANGAN NASIONAL



OLEH:

WELLY SULAIMAN

07/84839


PENDAHULUAN

Masa depan ketahanan pangan Indonesia diliputi ketidak pastian disertai ancaman berkurangnya kemampuan produksi apabila kecenderungan yang terjadi akhir akhir ini baik dalam ketersediaan lahan untuk berproduksi maupun tingkat pertumbuhan produksi yang cenderung rendah berlangsung terus.

Kekawatiran akan berkurangnya kemampuan menyediakan pangan telah berlangsung sejak lama. Oleh karena itu makalah ini dimulai dengan sorotan terhadap politik ketahanan pangan dalam perspektif sejarah dan kemudian pembahasan lebih lanjut menyangkut situasi penyediaan pangan global dan nasional. Berdasarkan perkembangan baik sejarah maupun situasi pangan global dan nasional penulis mengusulkan langkah langkah yang perlu ditempuh untuk memperkuat ketahanan pangan di masa yang akan datang.


LANDASAN TEORI


Salah satu masalah klasik yang dihadapi dalam hubungan dengan ketahanan pangan adalah penduduk yang semakin meningkat jumlahnya sejak Malthus (1798) dalam bukunya yang berjudul An essay on the principle of population mengemukakan bahwa kecepatan pertumbuhan penduduk cenderung melebihi kecepatan pertumbuhan penyediaan pangan. Walaupun perkembangan teknologi dari waktu kewaktu selalu memberikan peluang untuk memperbaiki ketersediaan pangan namun ancaman perangkap Malthus masih terus berlanjut. Diberbagai belahan dunia penduduk yang berlebihan cenderung menyebabkan kemiskinan, berkurangnya kesempatan, berkurangnya sumberdaya publik untuk pendidikan dan jaminan sosial dengan siklus yang terus berlanjut. Di Afrika penduduk meningkat dua kali lipat dalam kurun waktu 20 tahun. Di perkirakan pada tahun 2020 penduduk Afrika sudah berlebihan (Over population)

Pada umumnya kelaparan yang terjadi didunia adalah masalah politik bukan karena masalah ketidak mampuan menyediakan pangan. Dengan politik jalan keluar dapat ditempuh, demikian pula dengan keputusan politik misalnya kemiskinan akan terus berlanjut dengan penduduk yang semakin bertambah.

Misalnya pada tahun 1960 India dan Sub Sahara Afrika masing masing menghasilkan 50 juta ton pangan per tahun tetapi pada tahun 1988 India telah menghasilkan 150 juta ton pangan sedangkan Sub Sahara Afrika tetap dengan produksi 50 juta ton. India walaupun dengan kemiskinan yang meluas dengan politik partisipasi yang efektif mampu menggerakan masyarakat sehingga petani petani miskin melalui penyuluhan pertanian yang efektif mampu meningkatkan produksi dan pendapatan usahataninya.

Di Indonesia sendiri politik ketahanan pangan dalam banyah hal adalah warisan politik ketahanan pangan pemerintah kolonial Belanda. Pada pertengahan abad 19 setelah politik tanam paksa (cultuur stelsel) pemerintah Hindia Belanda dikejutkan oleh peristwa kekeringan panjang yang terjadi pada tahun 1848 di wilayah Kabupaten Demak yang menyebabkan kelaparan dan kematian sekitar dua ratus ribu orang. Peristiwa ini dianggap sebagai tahun pangkal tolak pemerintah kolonial Belanda melakukan uji coba pembangunan irigasi skala besar. Ujicoba yang langsung dilakukan di Demak dan sekitarnya ternyata cukup berhasil. Setelah melakukan ujicoba selama setengah abad dan didukung oleh laporan dari komisi Van Deventer maka pada permulaan abad 20 Ratu Wilhelmina didepan parlemen Belanda (tweede kamer) mengumumkan politik etika (ethiesche politiek) yang bertujuan memperbaiki kesejahteraan masyarakat pribumi.Ada tiga komponen pembangunan yang dijadikan instrumen kebijakan yaitu edukasi, irigasi,dan transmigrasi. Masalah edukasi berkaitan dengan capacity building, irigasi diperlukan untuk mendukung ketahanan pangan, dan transmigrasi untuk mengatasi tekanan kelebihan penduduk yang semakin tinggi terhadap sumberdaya lahan.

Komitment politik untuk mendukung ketahanan pangan dimulai dengan dibangunnya Departemen Pertanian dan industri rakyat (Departement Van Landbouw en Nijverheid) pada tahun 1905 di Bogor sebagai lembaga yang bertanggung jawab dalam pelaksanaan penyuluhan pertanian dan kemudian mulai dibangun sekolah Sekolah Menengah Pertanian (Middelbare Landbouw School) di Bogor dan sekolah pertanian (cultuur school) di Sukabumi dan Malang. Untuk membangun irigasi pemerintah kolonial menyusun suatu rencana besar untuk memperluas irigasi di Jawa dengan biaya sebesar 90 juta gulden. Selama kurun waktu satu dasawarsa antara tahun 1914 dan 1928 misalnya irigasi yang dibangun menjadi dua kali lipat yaitu dari luas 1,4 juta ha menjadi 2,8 juta ha. Sampai tahun 1949 seratus tahun setelah pembangunan irigasi luas sawah irigasi menjadi 3,5 juta ha atau meningkat sekitar tiga kali lipat di bandingkan dengan pada waktu dideklarasikannya politik etika pada permulaan abad 20

Walaupun ada kemajuan besar dalam pembangunan irigasi di pulau Jawa tidak dengan sendirinya kemiskinan dapat diatasi. Ada polemik yang terjadi antara para pakar yang pro dan skeptis terhadap pembangunan irigasi. Menurut Boeke (1966 ) seorang ahli ekonomi yang terkenal tentang ekonomi dualistik dan yang skeptis terhadap terhadap pembangunan irigasi justru pembangunan irigasilah yang menyebabkan pesatnya peningkatan jumlah penduduk dan meluasya kemiskinan di pulau Jawa. Kalangan yang pro terhadap pembangunan irigasi menunjukan angka peningkatan produksi yang disebabkan oleh pembangunan irigasi.

Pembangunan pertanian pada tahun 1950-an pada hakekatnya meneruskan rancangan kesejahteraan pemerintah Belanda berupa pembangunan masyarakat yang berorientasi pedesaan yang antara lain berupa pembangunan Balai Pendidikan Masyarakat Desa (BPMD).

Tatkala Indonesia memasuki era pembangunan lima tahun (PELITA) pada penghujung tahun 1960-an salah satu program yang diprioritaskan untuk mendukung pembangunan pertanian adalah irigasi baik rehabilitasi maupun perluasan irigasi. Pada kurun waktu yang sama teknologi revolusi hijau mulai dikembangkan dan pembangunan irigasi memperoleh momentum yang tepat terutama pada sistem irigasi yang dibangun pemerintah kolonial yang melalui rehabilitasi bersama sama dengan pemanfaatan pupuk kimia segera memberikan respons terhadap varitas unggul padi. Sebagai akibat dari respons yang cepat dalam tempo yang relatif cepat yaitu 15 tahun (1969 – 1984) Indonesia berhasil mencapai swa sembada beras dan pertumbuhan sektor pertanian pada kurun waktu tersebut mencapai rata rata sebesar 3,5 persen pertahun.

Ada komitmen politik yang kuat untuk membangun pertanian yang kuat yang antara lain ditunjukan oleh kebijaksanaan harga produk dan input berupa subsidi pupuk dan pestisida, perkreditan, penyuluhan , dan pembangunan prasarana.

Revolusi hijau secara tidak disengaja mereduksi pendekatan yang berwawasan pedesaan menjadi pendekatan pembangunan pertanian berbasis komoditi. Walaupun pada paroh pertama kurun waktu tiga dasawarsa antara 1970 sampai 2000 pertumbuhan sektor pertanian relatif tinggi tetapi pada pada paroh kedua dengan tetap menggunakan pembanguna pertanian berbasis komoditi pertumbuhan sektor pertanian relatif rendah yaitu dibawah 2,0 persen pertahun.Hal itu terjadi disamping oleh kejenuhan teknologi pada paroh kedua pengeluaran pemerintah untuk sektor pertanian relatif berkurang termasuk dukungan untuk pembangun irigasi. Berkurangnya dana pemerintah antara lain disebabkan oleh oil shock yang terjadi pada tahun 1986. Walaupun berbagai upaya terobosan telah dilakukan untuk memenuhi kebutuhan pangan dan meningkatkan pertumbuhan sektor pertanian baik didaerah irigasi maupun dilahan pasang surut upaya upaya tersebut tidak mampu mendorong pertumbuhan yang tinggi seperti yang dialami pada paroh pertama tiga dasawarsa terakhir abad 20.


SEBERAPA AMANKAH KETERSEDIAAN PANGAN GLOBAL DAN NASIONAL ?

Paroh kedua abad 20 menurut Lester Brown (2005) dapat disebut sebagai era pertumbuhan. Sebagai contoh penduduk dunia yang pada tahun 1950 adalah 2,5 miliar telah menjadi 6 miliar pada tahun 2000. Pertumbuhan ekonomi malahan lebih mencengangkan.Selama kurun waktu tersebut pertumbuhan ekonomi meningkat tujuh kali lipat. Pertumbuhan ekonomi dalam satu tahun saja yaitu tahun 2000 lebih besar dari besarnya nilai pertumbuhan ekonomi dunia pada keseluruhan abad 19. Jadi pertumbuhan menjadi suatu status quo sedangkan stabilitas dianggap sebagai penyimpangan.

Perubahan lingkungan dan iklim sebagai akibat eksploitasi terus menerus sumberdaya alam merupakan penyebab utama ancaman terhadap ketersediaan pangan.Mungkin menerobosnya Cina kedalam pasar pangan internasional dengan membeli gandum sebesar 8 juta ton pada tahun 2004 dapat dianggap sebagai permulaan era kelangkaan pangan. Pada tahun yang sama Cina juga mendekati Vietnam untuk membeli sebanyak 500 ribu ton beras dan pemerintah Vietnam memberi respons dengan menyatakan bahwa permintaan tersebut baru dapat dipenuhi pada kwartal pertama 2005 karena pemerintah Vietnam hanya membatasi ekspor sebanyak 3,5 juta ton pertahun.

Kalau kita menggunakan biji bijian (grain) sebagai indikator kecukupan pangan maka produksi biji bijian dunia meningkat tiga kali antara tahun 1950 sampai dengan 1996, melebihi pertumbuhan populasi penduduk dunia namun kemudian produksi biji bijian dunia cenderung mendatar selama tujuh tahun berikutnya. Pada tahun 2002 produksi biji bijian dunia berkurang 100 juta ton dibandingkan dengan tahun sebelumnya dan demikian pula pada 2003. Sebagai akibatnya stok biji bijian dunia menurun ke tingkat yang paling rendah selama kurun waktu tiga dasawarsa.

Ada beberapa faktor yang menyebabkan kecenderungan penurunan produksi biji bijian dunia yaitu rusaknya sumberdaya lahan karena erosi terus menerus, dan meluasnya konversi lahan pertanian. Di negara seperti Cina juga terjadi konversi lahan pertanian menjadi padang gurun. Faktor lain yang perlu diperhatikan adalah menurunnya muka air tanah dan naiknya temperatur udara. Muka air tanah di negara negara produsen pangan besar seperti Cina, India, dan Amerika Serikat menurun setiap tahun. Di Cina utara misalnya penurunan air tanah berkisar antara 1-3 meter per tahun.Hal ini akan menyebabkan antara lain penurunan kemampuan irigasi pada wilayah pertanian yang banyak menggunakan pompa air tanah. Berbarengan dengan penurunan muka air tanah adalah peningkatan temperatur udara. Ahli ahli ekologi tanaman IRRI dan USDA memperkirakan bahwa setiap peningkatan temperatur satu derajat celsius akan menjebabkan penurunan produksi gandum, padi, dan jagung sebesar 10 persen. Selama tiga dasawarsa terakhir temperatur rata rata permukaan bumi meningkat sebesar 0,7 derajat celsius. Pada abad ini menurut perkiraan menurut business as usual scenario akan terjadi kenaikan temperatur anta 1,4 – 5,8 derajat celsius.

Hal lain yang perlu diperhatikan adalah gejala yang oleh Lester Brown disebut sebagai the Japan Syndrome. Negara negara yang berpenduduk padat apabila mulai proses industri secara cepat ada tiga hal yang terjadi secara cepat yaitu meningkatnya konsumsi begitu pendapatan meningkat, menyusutnya areal yang ditanami tanaman pangan khususnya biji bijian, dan menurunnya produksi biji bijian.

Sebagai akibat lebih lanjut adalah meningkatnya impor biji bijian secara cepat. Jepang yang pada tahun 1955 dapat mencukupi kebutuhan biji bijiannya sendiri dewasa ini mengimpor sekitar 70 persen konsumsi biji bijian nasionalnya. Di negara negara industri yang berkembang pesat, mula mula peningkatan pendapatan menyebabkan peningkatan konsumsi langsung biji bijian tetapi kemudian konsumsi tidak langsung biji bijian melalui pakan ternak meningkat pesat.. Taiwan dan Korea Selatan mengikuti kecenderungan yang mirip seperti Jepang. Berkurangnya areal tanam biji bijian kemudian disusul dengan berkurangnya produksi. Sama halnya dengan Jepang, Korea dan Taiwan juga mengimpor sekitar 70 persen dari total kebutuhan biji bijian dewasa ini.

Apakah kecenderungan ini akan juga terjadi pada negara seperti Cina.? Negara ini berhasil meningkatkan produksi biji bijian dari 90 juta ton pada tahun 1950 menjadi 392 juta ton pada tahun 1998. Setelah lima tahun berikutnya yaitu pada tahun 2003 produksi menurun menjadi 322 juta ton. Penurunan sebesar 70 juta ton adalah sama dengan hasil panen negara seperti Canada dewasa ini. Kalau produksinya menurun sebanyak 18 persen maka areal tanamnya menurun sebesar 16 persen. Untuk mengatasi permasalahan tersebut pemerintah Cina pada tahun 2004 meningkatkan anggaran pembangunan untuk sektor pertanian sebesar 25 persen atau sebesar 3,6 miliar US dolar untuk mendorong petani memperluas areal tanam biji bijian. Demikian pula melalui kebijakan harga, harga beras ditingkatkan sebesar 21 persen. Walaupun kedua upaya darurat tersebut berhasil membalik kecenderungan namun masih diragukan bagaimana kelangsungannya dalam jangka panjang.

Bagaimana dengan India negara terbesar kedua setelah Cina dengan penduduk sebesar 1,1 miliar orang. Walaupun pada akhir akhir ini terjadi pertumbuhan ekonomi yang tinggi yaitu sekitar 6 – 7 persen per tahun (sedikit lebih rendah dari Cina ) gejala menyusutnya areal pertanian juga terjadi walaupun penduduknya terus meningkat sebesar 18 juta orang per tahun.Di samping gejala penyusutan lahan pertanian, seperti yang telah dikemukakan sebelumnya India uga mengalami gejala penyusutan air tanah karena terjadinya overpumping untuk keperluan irigasi. Apabila kemampuan irigasi merosot maka produksi biji bijian akan berkurang.

Adalah sulit untuk memprediksi apa yang terjadi dengan situasi pangan negara negara besar Asia ini selama tiga atau empat dasawarsa kedepan tetapi apabila gejala the Japan Syndrome benar benar terjadi yang menyebabkan peningkatan impor yang besar, maka sulit membayangkan dari mana sumber impor bijian bijian tersebut diperoleh. Negara negara yang selama ini mendominasi ekspor biji bijian adalah Amerika Serikat, Kanada, Australia, dan Argentina. Negara negara tersebut mungkin tidak akan mampu memenuhi permintaan akibat melonjaknya impor negara negara Asia. Amerika serikat yang sekitar dua dasawarsa yang lampau mengekspor sebesar 100 juta ton biji bijian akhir akhir ini hanya mampu mengekspor sebesar 80 juta ton biji bijian karena meningkatnya permintaan dalam negeri. Kanada dan Australia mengalami berbagai kendala untuk memperluas areal tanamnya antara curah hujan yang rendah demikian pula Argentina telah mengalami penyusutan areal tanam biji bijiannya.

Situasi pangan di Indonesia sendiri sama saja dengan negara negara besar Asia yang telah diuraikan sebelumnya. Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya pertumbuhan produksi pangan nasional relatif menurun dibandingkan dengan kurun waktu sebelum tercapainya swa-sembada beras. Beras masih tetap merupakan pangan pokok pada beberapa dasawarsa yang akan datang. Pada masyarakat berpenghasilan rendah di pulau Jawa beras merupakan indikator ketahanan pangan rumah tangga. Mereka menganggap apabila persediaan beras dalam rumah tangga cukup maka mereka termasuk cukup dalam ketahanan pangan sebaliknya bila persediaan kurang maka mereka menganggap kurang dalam ketahan pangan rumah tangganya (Mewa Ariani, 2003).

Sawah irigasi tetap merupakan sumberdaya lahan terpenting mendukung produksi padi Indonesia. Pangsa areal sawah irigasi dalam mendukung produksi padi Indonsia diperkirakan sebesar 85 persen sedangkan sawah tadah hujan sebesar 11 persen, dan sisanya berasal dari sawah pasang surut dan lahan kering. (Pasandaran, et al, 2005).

Dalam konteks global Indonesia dengan penduduk 220 juta menurut ICID (2005) hanya berada pada peringkat kesembilam dalam hal luas areal irigasi yaitu sebesar 4,8 juta ha. India dan Cina yang mempunyai penduduk masing masing 1,1 dan 1,3 miliar mempunyai areal irigasi berturut turut seluas 57 juta dan 55 juta ha. Baik India maupun Cina mempunyai areal irigasi lebih dari 10 kali lipat areal irigasi Indonesia sedangkan kepadatan penduduknya khususnya pulau Jawa yang merupakan produsen beras utama tidak jauh berbeda dengan kedua negara tersebut. Dapatlah dikatakan bahwa daya dukung sawah irigasi Indonesia lebih tinggi dari daya dukung areal irigasi dikedua negara tersebut.

Apakah Indonesia akan mengalami the Japan Sindrome dimasa yang akan datang? Sama sulitnya dengan meramalkan posisi Cina dan India, namun demikian dapat ditunjukan paling tidak pulau Jawa akan menunjukan gejala gejala yang sama yaitu seiring dengam meluasnya wilayah urban dan industri konversi areal pertanian khususnya sawah irigasi semakin dominan. Pangsa pulau Jawa dalam menunjang produksi padi nasional semakin berkurang dan peran Sumatra dan pulau lainnya semakin meningkat. Jumlah penduduk Indonesia semakin meningkat diperkirakan sekitar 1,4 persen per tahun diperkirakan melebihi pertumbuhan produksi pangan dimasa yang akan datang apabila kita tetap berdasarkan kecenderungan business as usual (Sudaryanto et al, 2002, Pasandaran et al, 2005).

Selama beberapa tahun terakhir tidak tampak dukungan investasi publik untuk perluasan irigasi dan apabila hal itu terus berlangsung dan tidak ada upaya upaya yang dapat membendung konversi lahan sawah irigasi khususnya di pulau Jawa maka ancaman berupa penurunan produksi padi nasional akan semakin nyata. Masalah kekurangan air irigasi juga akan semakin meluas terjadi dipulau Jawa karena semakin meningkatnya persaingan dalam penggunaan air dimasa yang akan datang. Intensitas tanam padi akan semakin berkurang dan hal itu akan turut memperlemah ketahan pangan nasional.

Dari uraian tersebut diatas dengan memperhatikan situasi produksi pangan global dan nasional perlu dilakukan upaya upaya terobosan untuk membalik kencenderungan yang terjadi dewasa ini.


POLITIK KETAHANAN PANGAN NASIONAL MASA DEPAN

Berdasarkan gejala gejala dan kecenderungan yang terjadi ditingkat global dan nasional dan memperhatikan ramalan ramalan produksi pangan dimasa yang akan datang maka saya sependapat dengan pemikiran yang dikemukakan oleh Siswono Yudo Husodo (2006) dalam makalahnya yang berjudul Pangan Dan Masa Depan Bangsa bahwa politik ketahanan pangan dimasa yang akan datang adalah kemandirian bangsa bukan politik yang mengandalkan impor. Alasan utamanya adalah tatkala produksi pangan global mengalami kelangkaan maka masing masing negara akan memperhatikan kepentingan nasionalnya terlebih dahulu sebelum memperhatikan kepentingan negara lain. Turunnya ekspor biji bijian Amerika Serikat dan dibatasinya ekspor Vietnam merupakan contoh mendahulukan kepentingan nasional.

Demikian pula langkah langkah yang disebutkan seperti kebijakan harga, upaya memperkuat daya saing dengan menggunakan berbagai instrumen baik moneter maupun fiskal, kebijakan perdagangan yang kondusif, dan peningkatan kinerja dengan pembangunan infrastruktur untuk pertanian dan pedesaan.

Diperlukan politik yang mendukung diversifikasi pangan sebagai bagian integral pembangunan pedesaan suatu agropolitik yang berspektrum luas yang tidak bias pada komoditi tertentu saja. Komitmen politik melalui kampanye nasional pemberagaman pangan perlu digalakan melalui berbagai lapisan masyarakat termasuk dunia pendidikan.(Syamsoe’oed Sadjad, 2007)

Kemampuan produksi nasional perlu terus ditingkatkan mengingat merosotnya lahan irigasi sebagai permulaan gejala Japan Syndrome di pulau Jawa. Disamping upaya terus menerus untuk mendorong terwujudnya inovasi teknologi yang menyangkut perbaikan produktivitas upaya perluasan areal pertanian termasuk lahan irigasi perlu terus dilakukan. Keputusan politik untuk memperluas irigasi apabila dilakukan sekarang hasilnya baru dapat dipetik antara lima sampai sepuluh tahun yang akan datang dan apabila kita menggunakan pendekatan pembangunan seperti yang dilakukan melalui proyek proyek PELITA maka biaya investasi persatuan luas menjadi mahal. Penundaan perluasan irigasi dengan demikian akan meningkatkan risiko terjadinya kekurangan pangan dimasa yang akan datang.


KESIMPULAN

Oleh karena itu politik pembangunan irigasi Indonesia perlu terus di reformasi yaitu berdasarkan suatu pendekatan pembangunan yang bertumpu pada lahan lahan persawahan tadah hujan atau sistem irigasi yang pembangunannya sudah dirintis oleh masyarakat petani seperti yang telah pernah dilakukan oleh pemerintah kolonial Belanda. Sistem irigasi yang pembangunannya telah dirintis oleh petani, pengelolaannya sebaiknya jangan diambil alih oleh pemerintah tetapi tetap diserahkan kepada petani dengan memberdayakan kapital sosial yang sudah ada pada mereka. Disamping itu sistem irigasi yang sudah ada seperti sistem irigasi dipulau Jawa perlu diperbaiki kemampuannya baik kelembagaan maupun sistem distribuinya untuk mendukung diversifikasi pertanian dilahan irigasi.

Demikian pula pemasyarakatan inovasi teknologi hendaknya bertumpu pada kemampuan inovasi teknologi masyarakat tani termasuk didalamnya berbagai kearifan lokal yang selama ini telah dipraktekan oleh masyarakat tani untuk mewujudkan pembangunanpertanian yang berlanjutpat, dsb).






Jumat, 27 Februari 2009

PEMILU


Oleh : Mohammad Hanif Setiawan Jhody
27 Mei 2009

Pemilu..., pemilu..., sebentar lagi pemilu akan datang. Pemilu adalah sebuah kata yang sangat familiar dikalang masyarkat, mulai dari kalangan paling bawah sampai kalangan paling atas. Pemilu adalah sebuah kegiatan pemilihan pemimpin bangsa ini, mencakup dari pemilihan anggota dewan dan pemimpin bangsa ini alias "PRESIDEN".

Pada bulan ini semua partai politik beserta calegnya tlah sibuk dengan kegiatan kampanye. para caleg dan parpol mengampanyekan visi dan misi dari partai dan misi pribadi mereka. para caleg rela mengeluarkan uang banyak demi sebuah kursi panas. segala macam cara dilakukan asal menang.

masyarakat awam tlah terbuai dengan mimpi-mimpi yang diberikan para-para tersebut. sebagai masyarakat yang baik dan demi kelangsungan bangsa ini, cermat lah dalam memilih pemimpin bangsa ini. memang, tak ada manusia yang sempurna akan tetapi pilih lah yang terbaik diantara semua calon pemimpin bangsa ini.

good luck tuk parpol yang akan bertarung di pemilu 2009

Sabtu, 21 Februari 2009

AGGLOMERASI DAN PERTUMBUHAN EKONOMI : PERAN KARAKTERISTIK REGIONAL DI INDONESIA

Selama seratus tahun lebih,para pakar geografi,pakar ekonomi,perencana kota,para ahli strategi bisnis,ilmuan regional,dan para ilmuan sosial lainnya telah mencoba memberikan penjelasan tentang “mengapa ” dan “dimana ” aktivitas ekonomi berlokasi.Ketimpangan distribusi kegiatan ekonomi secara regional dalam satu negara telah menjadi perhatian utama.Inilah yang mendorong dilakukannya banyak penelitian dalam bidang ini (Kuncoro,2002). Industrialisasi telah menjadi kekuatan utama (driving force )di balik urbanisasi yang cepat di kawasan Asia sejak dasawarsa 1980-an.Berbeda dalam kasus industri berbasis sumber daya (resource-based industries ),industri manufaktur cenderung berlokasi didalam dan di sekitar kota. Pertanian dan industri berdampingan,bahkan kadang berebut lahan di seputar pusat-pusat kota yang pada gilirannya semakin mengaburkan perbedaan baku antara desa dan kota (McGee, 1991). selengkapnya

masalah perkotaan

Proses pembangunan perkotaan dan perumahan sungguh merupakan hal yang kontradiksi jika ditinjau dari ketersediaan air tanah dan peningkatan puncak limpasan air permukaan. Perubahan ini disebabkan oleh terjadinya penurunan imbuhan air tanah dan pertambahan pengeluaran air dari dalam tanah, sehingga mengganggu keseimbangan sistem hidrologi air bawah permukaan, dan menghasilkan penurunan paras air tanah. selengkapnya

Wanita Jepang

1.1. Latar Belakang

Sampai saat ini masih ada orang beranggapan bahwa kehidupan wanita Jepang masih sangat tradisional. Dalam arti, mereka diikat oleh nilai-nilai tradisional yang ketat seperti berjalan bersama suami, mereka harus berada tiga langkah di belakang. Selain itu yang juga menarik adalah dalam masalah perkawinan.

Perkawinan memang merupakan suatu perisitiwa yang penting di dalam kehidupan seseorang. Dalam perkawinan melibatkan dua orang, yaitu pria dan wanita yang telah memenuhui syarat-syarat yang terdapat dalam peraturan perkawinan dan bertujuan untuk menciptakan sebuah keluarga yang bahagia. Tetapi, arti perkawinan bagi setiap orang tidaklah sama. Demikian pula di Jepang.

Perkawinan bagi orang Jepang dapat dilihat sebagai suatu kunci yang terjadi di dalam lingkaran hidup seseorang dan dipercaya merupakan suatu peristiwa yang harus dilalui oleh setiap orang. Perkawinan harus dilalui seorang orang karena merupakan peristiwa penting. Dalam arti, kondisi yang membuat orang menjadi dewasa (ichininmae) dan manusia yang sempurna (1).

Dari sini dapat kita lihat bahwa orang Jepang melihat perkawinan bukan hanya sebagai kewajuban yang harus dipenuhui oleh setiap manusia dalam rangka mempertahankan kelangsungan. Tetapi juga mengungkapkan eksistensinya secara alami. Pandangan yang seperti ini dibebankan kepada kaum wanita terutama wanita yang lahir pda tahun 1935 (2) yang dibesarkan oleh nilai-nilai sebelum perang yang disebut dengan Ie. Nilai-nilai tradisional ini diajarkan secara turun menurun oleh orangtunya (terutama ibunya). Dalam nilai-nilai tradisional ini wanita diajarkan untuk bertingkah laku sesuai dengan umur dan peranannya dalam masyarakat 93) dan salah satunya adalah dalam hal perkawinan. Misalnya, bila telah memasuki usia yang tepat untuk menikah maka wanita diharuskan untuk segera menikah. Selain itu, apabila bila telah menikah wanita memiliki kewajiban untuk memberikan anak bagi suaminya agar dapat mempertahankan Ie. Bagi para wanita ini, perkawinan dianggap sebagai tujuan hidup yang utama dan merupakan suatu keharusan karena perkawinan merupakan sumber dari kekuatan ekonomi selain untuk meneruskan tali keluarga (4). Dari perkawinan para wanita Jepang juga mengharapkan akan mendapatkan kebahagian dan perlindungan (5). Dengan kata lain, perkawinan merupakan satu-satunya pilihan yang tersedia bagi wanita dalam menjalani hidupnya. Anggapan ini kemudian sedikit demi sedikit mulai mengalami perubahan, terutama setelah kekalahan Jepang dari AS pada PD II. Di bawah ini pendudukan Amerika terjaddi perubahan yang cukup besar yang kemudian mempengaruhui cara hidup orang Jepang (6).

  1. Perubahan Undang-Undang Jepang

Sebelum perang, dalam UU Meiji 1889 sistem keluarga di Jepang didasarkan pada sistem Ie. Dalam sistem tersebut kepala keluarga merupakan pemegang kekuasaan tertinggi sementara anggota keluarga yang lain berada di bawahnyadan harus tunduk/patuh pada keputusan kepala keluarga. Setiap anggota dari Ie diharapkan untuk menomorduakan kepentingan pribadinya demi Ie.Bahkan dalam masalah perkawinan kepala keluarga behak untuk turut campur dalam pengambilan keputusan. Sesuai dengan sistem Ie makan perkawinan pada masa itu lebih banyak dilakukan berdasarkan perjodohan (8). Anak (laki-laki terutama perempuan) tidak mempunyai hak dalam menentukan pasangannya atau dengan kata lain perkawinan pada masa sebelumnya perang lebih merupakan perkawinan di antara dua keluarga daripada dua individu yang bersangkutan. Dalam sistem Ie kedudukan wanita sangat rendah. Mereka tidak memiliki hak apapun, tugas mereka hanya mengurus rumah tangga dan anak mereka dan semua hal yang dilakukan oleh wanita bertujuan untuk mendukung suami. Namun, dengan diberlakukannya UU Jepang 1946 merubah keadaan ini karena dalam Undang-Undang ini hak-hak wanita mulai diperhatikan. Perubahan undang-undang ini sebenarnya merupakan tujuan utama dari Amerika sebagai penguasa karena AS beranggapan bahwa UU Meiji 1889 kurang memperhatikan hak-hak warga negara. Pada mulanya Amerika mengajak pihak Jepang untuk turut serta di dalam merusmuskan undang-undang baru, Namun, undang-undang baru tersebut lebih merupakan pengarahan dari pihak Amerika tanpa ada diskusi dengan pihak Jepang (9). Dalam UU Baru 1946 mulai dimasukkan paham demokrasi sehingga berdasarkan paham ini hak-hak manusia sebagai warga negara lebih diperhatikan dan dijamin.

Dengan adanya Undang-Undang ini maka dapat memperbaiki kedudukan wanita. Penegasan yang tercantum secara eksplisit dalam pasal-pasal Undang Undang Jepang 1946 menimbulkan kepercayaan diri dan kemandirian bagi wanita Jepang yang lahir pada tahun 1946 dan didik di bawah jaminan persamaan hak di antara pria dan wanita.

  1. Perkembangan Pendidikan Wanita

Pada zaman Meiji, pendidikan disusun berdasarkan ajaran Konfisiun. Ajaran konfusiun ini kemudian diambil sebagai dasar program pemerintah dan dijadikan tujuan utama dari sistem pendidikan wanita pada masa itu. Pemerintah beranggapan bahwa wanita merupakan sumber kekayaannegara yang memegang peranan penting di dalam perawatan dan pendidikan anak sebagai generasi penerus nama keluarga dan negara. Oleh karena itu, sesuai dengan tujuannya maka pendidikan yang diberikan bagi wanita adalah pendidikan yang berhubungan dengan rumah tangga dan perawatan anak karena tanpa pendidikan ini tidak mungkin dapat menjadi isteri dan ibu yang baik. Maka dapat diartikan bahwa tujuan pendidikan wanita adalah untuk membentuk ryosai kenbo-ibu yang baik dan isteri yang bijaksana agar dapat mempertahankan sistem keluarga. Dalam rangka mempersiapkan wanita menjadi ryosai kenbo maka sejak tingkat dasar samapi dengan tingkat atas diajarkan pelajaran khusus sesuai yaiut membaca, menulis, memasak, dan menjahit. Dengan kata lain, tujuan dari pendidiklan ini adalah untuk mempersiapkan wanita yang akan memasuki jenjang perkawinan agar dapat menjadi ibu yang baik dan isteri yang bijaksana. Hal ini menyebabkan kesemaptan pendidikan yang tersedia bagi wanita menjadi terbatas. Tetapi, pada tahun 1946 pendidikan bagi wanita mulai mengalami perubahan. Di bawah pendudukan Amerika mulai dilakukan bebrapa perubahan paling utama adalah penegasan yang terdapat di dalam UU Jepang 196 bahwa pria dan wanita memiliki hak unutuk memperolah pendidkan yang sama yang sesuai dengan dengan kemampuan (10). Selain itu, adanya perubahan kurikulum yang mencakup wajib belajar dari 6 tahun menjadi 9 tahun. Meskipun, kesempatan telah terbuka bagi wanita dengan adanya perbaikan ini tapi pada umumnya wanita-wanita ini lebih banyak memilih untuk menekuni bidang-bidang yang sesuai dengan dirinya, yaitu bidang dari ilmu pengetahuan, seperti: bidang kesusasteraan dan kesenian atau pendidikan. Pada tahun 1967 terdapat 47% pelajar wanita pada tingkat universitas dengan lama pendidikan 4 tahun memilih bidang tersebut di atas sementara bidang lain seperti ekonomi, politik, sosiologi hanya 2% dari jumlah pelajar wanita yang berani mencoba memasuki bidang teknik (yang selama ini didominasi oleh kaum pria). 13

Kedua hal di atas memberikan pengaruh besar pada wanita Jepang terutama mereka yang lahir setelah tahun 1946. Pikiran mereka menjadi terbuka terutama dalam hal pandangan terhadap masalah perkawinan yang mulai berubah. Mereka sadar bahwa menikah menikah bukanlah satu-satunya pilihan yang tersedia untuk menjalani hidup, tapi masih ada pilihan-pilihan lain. Untuk itu bagi wanita yang telah menikah dan menjadi ibut rumah tangga, mereka berusha untuk mencari kehidupan lain di luar kehidupan yang ada sekarang. Antara lain yang mereka lakukan adalah ada yang bekerja, ikut dalam kegiatan organisasi, dan ada yang melanjutkan pendidikannya. Dengan mendapatkan penghasilan sendiri, mereka percaya bahwa mereka dapat mandiri tanpa harus tergantung pada laki-laki. Kalaupun menikah, syarat-syarat yang diberikan pada calon suami juga sudah berubah. Mereka mengharapkan suami mereka mau mengijinkan mereka untuk bekerja di luar rumah tangga dan membantu mereka di dalam menyelesaikan pekerjaan rumah tangga.

PELAYANAN PUBLIK

Di Indonesia masalah birokrasi merupakan isu utama yang selalu diperbincangkan namun sulit menemukan jalan keluarnya.. Pelayanan publik yang diberikan oleh pemerintah kepada masyarakat belum maksimal dan inefisiensi. Ini disebabkan oleh sistem birokrasi yang biasanya menekankan sifat stabil, terkendali, robust. Karenanya, diterapkanlah sistem pengambilan keputusan berjenjang, command & control. Organisasi menjadi gemuk, mempunyai banyak lapis dan lamban dalam mengambil keputusan dan berinovasi. Hal ini diperparah dengan SDM yg kurang secara kualitas, sistem reward & punishment tidak jalan, visi organisasi yg tidak jelas, masalah dengan kepemimpinan, dan korupsi yang merajalela. Masalah sosial lainnya adalah masih rendahnya angka kemiskinan dan daya saing Indonesia yang lemah di tingkat Internasional. Seharusnya kita malu dengan kondisi seperti ini karena kita memiliki SDA yang berlimpah, jumlah penduduk yang besar, alam yang subur tetapi kita tidak bisa mengelolanya dengan baik. selengkapnya

KASAD MENUTUP PENDIDIKAN REGULER SESKOAD ANGKATAN KE-45

06 Nov 2007

Kepala Staf TNI Angkatan Darat (Kasad) Jenderal TNI Djoko Santoso bertindak sebagai inspektur upacara pada upacara penutupan pendidikan regular ke-45 Sekolah Staf dan Komando Angkatan Darat (Seskoad) tahun ajaran 2007 di Bandung, (5/11). Penutupan ditandai dengan pelepasan tanda siswa dari perwakilan salah satu siswa oleh Kasad.

Harapan hasil pendidikan Seskoad ini menurut Kasad adalah untuk menyiapkan Perwira-perwira TNI AD yang mampu mengomandoi dan mampu menguasai ilmu staf pada tingkat Kodam serta mampu mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh untuk dapat diimplementasikan di satuan-satuan tempatnya nanti bertugas, dengan cara mengintensifkan kepemimpinan lapangan serta bagaimana moralitas yang dimiliki para Perwira di dalam melaksanakan tugas sehingga diperoleh kinerja yang optimal dalam meningkatkan mutu satuan.

Peserta pendidikan reguler Seskoad Angkatan-45 tahun 2007 diikuti oleh 211 siswa terdiri dari TNI AD 198 orang, TNI AL 2 orang, TNI AU 2 orang dan siswa dari mancanegara sebanyak 9 orang, adapun siswa yang berprestasi akhir terbaik dari TNI, TNI AD atas nama Mayor Inf Jonathan Binsar Sianipar dan dari mancanegara atas nama Mayor Kopassus David Neo dari Singapura.

Hadir pada acara tersebut selain pejabat teras Angkatan Darat hadir pula pejabat pemerintah daerah Bandung serta Ketua umum Persit Kartika Chandra Kirana pusat beserta pengurusnya

ABORSI

Aborsi istilah aborsi atau abortus secara kebahasan bearti keguguran kandungan, pengguguran kandungan., atau membuang janin. Dalam terminologi kedokteran bearti terhentinya kehamilan sebelum 28 minggu. Dalam istilah hukum, bearti pengeluaran hasil konsepsi dari rahim sebelum waktunya (sebelum dapat lahir secara alamiah).

Menurut para ahli medis, ada dua macam aborsi atau abortus. Pertama, abortus spontaneus, yaitu abortus yang terjadi secara tidak sengaja. abortus spontaneus bisa terjadi karena salah satu pasangan berpenyakit kelamin, kecelakaan, dan sebagainya. Kedua, abortus provocatus yaitu abortus yang yang disengaja. abortus provocatus ini terdiri atas dua jenis yaitu abortus artificialis therapicus dan abortus provocatus criminalis. abortus artificialis therapicus adalah abortus yang dilakukan oleh dokter atas dasar indikasi medis, yakni apabila tindakan abortus tidak diambil, bisa membahayakan jiwa ibu. Sedangkan abortus provocatus criminalis adalah abortus yang dilakukan tanpa dasar indikasi medis. Misalnya, aborsi yang dilakukan untuk melenyapkan janin dalam kandungan akibat hubungan seksual di luar pernikahan atau mengakhiri kehamilan yang tidak dikehendaki. selengkapnya

KOMUNIKASI MODERN

Pengertian Komunikasi :

Van Doorn & Lammers menyatakan komunikasi adalah merupakan sebagai sebuah tindakan, ia menganalisis komunikasi dari dua sisi yaitu sisi individu dan sisi sosial. Dari sisi individu ia membagi komunikasi menjadi yang bertipe obyektif (dari luar) yang melahirkan kegiatan dan cara tindak dan subyektif (dari dalam) yang melahirkan proses-proses psikis dan sikap. Sedangkan dari sisi sosial ia membagi komunikasi obyektif yang melahirkan interaksi dan relasi sosial, serta subyektif yang melahirkan komunikasi dan hubungan sosial. selengkapnya